21 Jun 2011

SUBUD

(SUSILA BUDHI DHARMA)























Pada tahun 1925, seorang pemuda di Semarang mendapatkan pengalaman rohani yang luar biasa yang mengubah hidupnya dan bahkan banyak orang di seluruh dunia. Namanya Muhammad Subuh. Siang hari ia bekerja sebagai penjaga toko buku dan pada malam hari belajar akuntansi. Sudah menjadi kebiasaan untuk berjalan-jalan di malam hari setelah seharian bekerja dan suntuk belajar untuk menjernihkan pikirannya sebelum tidur.

Seperti pada malam-malam biasanya ketika ia sedang dalam perjalanan pulang dari jalan-jalan malamnya sekitar jam satu pagi, ketika ia dikejutkan oleh sebuah penampakan di langit di atasnya, yaitu sebuah bola dengan cahaya seterang matahari, yang menerangi segala sesuatu di sekelilingnya. Saat ia mendongak dilihatnya bola cahaya itu jatuh ke arahnya. Dia merasakan shock fisik yang luar biasa karena bola cahaya itu masuk ke tubuhnya melalui kepala. Tubuhnya gemetar dan ia yakin sedang mengalami serangan jantung.

Selekasnya ia pulang dan segera masuk ke kamarnya, berbaring di tempat tidur dan berserah diri kepada Tuhan, dan siap untuk mati. Apa yang sebenarnya terjadi adalah benar-benar tak terduga. Pertama ia melihat bagian dalam tubuhnya sendiri dipenuhi dengan cahaya. Itu hanya berlangsung beberapa detik. Lalu tubuhnya mulai bergerak dengan sendirinya. Dia dibuat untuk duduk di tempat tidurnya, lalu berdiri dan berjalan ke ruang kerjanya. Kemudian tubuhnya bergerak-gerak sendiri menirukan orang solat. Itu adalah gerakan-gerakan yang memang sudah akrab dengannya sebagai seorang muslim, tetapi gerakan-gerakan itu tidak disertai dengan kata-kata yang biasanya diucapkan. Kemudian ia berjalan kembali ke tempat tidurnya. Semua ini terjadi memang sudah menjadi kehendak-Nya, seolah-olah ada kekuatan tak terlihat yang menggerakannya, tetapi seluruh pengalaman itu sepenuhnya ia sadari dan dalam keadaan sadar.

Seperti itulah Subuh menggambarkan bagaimana kejadian yang pertama itu, dan kemudian menjadi rutinitas. Setiap malam gerakan-gerakan tak disengaja itu kembali, dan Subuh mengamati apa yang terjadi seolah-olah ada orang kedua dalam tubuhnya sendiri. Sepanjang semua ini terjadi secara independen dari kehendak sendiri dan pikirannya sendiri, maka Subuh merasa bahwa itu harus terjadi karena kehendak Allah, maka ia hanya berserah diri pada apa yang terjadi, tetapi tetap penuh waspada.

Manifestasi ini terus berubah, gerakan-gerakan solat itu mengarah ke berbagai jenis tari dan seni bela diri, yang memang Subuh memiliki sedikit keahlian untuk itu. Dan dengan penuh keterkejutan ia ternyata sedang diajari gerakan-gerakan dan teknik baru yang belum pernah pelajari sebelumnya. Perlahan-lahan gerakan juga menjadi lebih mendalam dan lebih lengkap, dengan melibatkan perasaan dan pemahaman. Kemudian ia menyadari bahwa ia sedang diajari seluk-beluk dan pengalaman semua tingkatan kehidupan di alam semesta: materi, sayuran, hewan, manusia dan tingkatan yang lebih tinggi dari itu.

Karena proses ini sedang berubah dan berlanjut, maka Subuh semakin menjadi dikenal oleh teman-temannya sebagai orang yang luar biasa dalam kebijaksanaan dan wawasan. Semua itu berpuncak pada suatu malam beberapa tahun kemudian dengan sebuah pengalaman dimana ia diberi pemahaman bahwa apa yang telah ia terima sebagai kekuasaan Allah, adalah bukan hanya untuk dia sendiri tetapi dapat ditularkan kepada orang lain. Dia tidak perlu mencari orang, tetapi jika mereka tulus bertanya, mereka bisa menerima kontak yang sama dengan kekuatan yang Subuh terima.

Hal ini telah terbukti. Ketika seorang kenalannya meminta untuk mengirimkan kontak ini kepadanya, maka hal itu bisa dilakukannya. Jika mereka benar-benar dalam keadaan berserah diri, maka mereka akan dapat mulai merasakan hal yang sama yang telah Subuh terima beberapa tahun yang lalu. Ini adalah benar-benar sebuah pengalaman nyata dari penerimaan sebuah kekuatan yang sama, tetapi itu teradaptasi sendiri secara alamiah dan kebutuhan individual setiap orang. Proses penyampaian dengan kontak dari satu orang ke orang lain ini kemudian disebut pembukaan. Setelah hal itu terjadi pada orang baru, mereka pada gilirannya mampu menyebarkannya kepada orang lain.

Selama beberapa tahun setelah itu, hal ini menyebar perlahan-lahan di antara lingkungan teman-teman Subuh di Semarang dan Yogyakarta, yang dekat dengan rumahnya setelah Perang Dunia II. Mereka menyebutnya hanya sebagai pelatihan spiritual (latihan kejiwaan di Indonesia) dan dipraktekkan bersama-sama secara teratur. Praktek dilakukan dengan saling bertemu-muka dengan teman-teman Subuh di sebuah ruangan (laki-laki dan perempuan terpisah) dimana mereka akan berserah diri untuk hal ini dari kekuatan batin selama tiga puluh menit sampai satu jam. Orang-orang hanya akan mengikuti apa saja gerakan-gerakan spontan yang muncul dalam diri mereka. Dan ketika praktek seperti itu kemudian menyebar ke luar Indonesia, maka kemudian hanya disebut latihan saja, karena mereka merasa bahwa kata dalam bahasa Inggris training malah akan membingungkannya, karena itu berarti belajar sesuatu dengan penggunaan intelektualitas dan kehendak.

Selain bergabung dalam latihan dengan teman-temannya, Subuh juga berbagi dengan mereka tentang wawasan hakikat dan tujuannya. Dia mengatakan kepada mereka bahwa pengalaman itu bukanlah sesuatu yang baru, tetapi hanya hasil dari pemulihan hubungan antara Kekuatan Ilahi yang mengisi seluruh alam semesta dan jiwa manusia, hubungan yang hakiki dari semua makhluk Tuhan, tetapi manusia telah menghilangankan melalui generasi hidup yang menekankan pada perkembangan pikiran bukan kesadaran jiwa.

Subuh mengatakan kepada mereka bahwa mungkin alasan gerakan-gerakan awal sebagai gerakan-gerakan yang telah akrab seperti gerakan solat adalah untuk meyakinkannya bahwa apa yang ia alami memang datang dari kekuasaan Allah. Belakangan kemudian dia memahami bahwa ada tahapan yang berbeda dalam menyembah Allah. Ada ibadah-ibadah yang telah akrab yang diabadikan dalam berbagai agama kita, yang tentunya diprakarsai oleh hati dan pikiran, dan berdasarkan iman kepada apa yang telah diwariskan dalam tradisi-tradisi yang berasal dari ajaran nabi atau utusan Allah. Ada juga ibadah yang timbul secara spontan dari dalam jiwa manusia yang dibimbing oleh kekuasaan Allah, seperti dalam latihan ini. Menurut Subuh, jenis ibadah yang kedua mengarah ke perbaikan dan peningkatan karakter dan fisik tubuh dalam solat. Ia menjelaskan bahwa apa yang diturunkan sama sekali bukan sebuah agama baru, karena tidak membawa ajaran baru, tapi lebih merupakan berhubungan kembali dengan kekuasaan Tuhan yang memberikan bukti realitas apa yang telah agama-agama besar ajarkan.

Dengan cara yang sama Subuh akan selalu menekankan perbedaan besar antara latihan dengan beberapa cara-cara spiritual atau mistik yang banyak ditemukan di Jawa yang dikenal sebagai aliran kebatinan, yang diwariskan dari guru ke murid dan tergantung pada kehendak manusia, menggunakan teknik meditasi dan bertapa. Meskipun Subuh dari waktu ke waktu akan menyampaikan kepada mereka yang melakukan latihan sebagian dari apa yang telah ia pelajari dalam perjalanan pengalaman rohaninya sendiri, ia selalu memperingatkan mereka untuk tidak memperlakukan ini sebagai ajaran tetapi lebih seperti peta jalan untuk membantu mereka memahami pengalaman individu mereka sendiri dalam latihan tersebut. Dia kemudian berkata: “Semua ini, fungsinya (saya) adalah seperti seorang pelayan sekolah, yang menempatkan buku-buku, membuka pintu, membersihkan kelas, dan mengatur meja dan kursi untuk anda duduki. Ketika anda semua ada di sana, duduk dan menghadap depan, menghadap papan tulis, guru akan datang dan memberikan pelajaran, dan gurunya adalah Tuhan, bukan saya.”

Beberapa tahun setelah perang, setelah Indonesia Merdeka, sudah ada beberapa ratus orang yang melakukan latihan di Jawa Tengah, dan mereka dipanggil untuk ikut kongres dengan tujuan menggabungkan diri mereka sebagai sebuah asosiasi rohani. Mereka memilih sendiri nama mereka sebagai Subud (tidak diambil dari nama Subuh tetapi singkatan dari tiga kata Sanskerta: Susila, Budhi dan Dharma. Arti dari kata-kata ini adalah sebagai berikut:

Susila: perilaku manusiawi yang sesuai dengan kehendak Allah.
Budhi: kekuatan batin dalam diri manusia.
Dharma: menyerah dalam mengikuti kehendak Allah.

Pada tahun 1951 seorang Inggris keturunan Suriah yang bernama Husein Rofe tiba di Yogyakarta, yang kedatangannya telah diprediksi oleh Subuh beberapa tahun sebelumnya. Dia sangat berperan dalam penyebaran latihan di luar pulau Jawa. Dia menguasai banyak bahasa, dia mulai mencari nafkah dengan mengajar bahasa di kota-kota. Didorong oleh minat dalam gerakan mistik Islam, ia akhirnya diperkenalkan ke Subuh, dan segera setelah menerima kontak Subud. Malam itu, dalam perjalanan pulang, ia menyadari bahwa apa yang telah ia temukan bukan sekedar ajaran mistik dari timur, tetapi sesuatu yang sangat penting untuk seluruh umat manusia, dan misinya adalah akan membantu untuk menyebar-luaskan ke seluruh dunia. Memang, setelah mengikuti beberapa kali latihan di lingkungan Subuh di Yogyakarta, Rofe mulai sebuah perjalanan, dan mulai mendirikan Subud di Sumatera dan kemudian di Hong Kong dan di Jepang. Pada tahun 1956 ia pergi ke Siprus dan London, yang menyebabkan undangan pertama untuk Muhammad Subuh bepergian ke luar negeri pada tahun 1957. Maka dimulailah penyebaran Subud ke seluruh dunia.


RM. Muhammad Subuh Sumohadiwidjojo dilahirkan dari seorang ibu yang pada masa kecilnya tinggal di Kecamatan Juangi, Telawah, Surakarta dan merupakan keturunan dari Kadilangu, Demak. Bapak RM. Muhammad Subuh dilahirkan di Kedungjati, Semarang pada hari Sabtu Wage tanggal 3 Maulud 1831 (22 Juni 1901) jam lima pagi. Pada waktu usia mudanya, Bapak RM. Muhammad Subuh memperoleh pendidikan agama Islam dari Kyai Abdurachman dan taat menjalankan ibadah agama Islam sebagaimana lazimnya seorang muslim. Bapak wafat di Jakarta pada tahun 1987, dalam umur 86 tahun.

Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan utama latihan kejiwaan Subud adalah memberdayakan kita, dengan menyerah kepada Kekuasaan Tuhan serta mengikuti petunjuk-Nya, agar lambat laun dapat mencapai keadaan kodrati kita yang sebenarnya sebagai manusia sempurna, atau insan kamil.



PERKUMPULAN PERSAUDARAAN KEJIWAAN SUSILA BUDHI DHARMA
( SUBUD )
 
Keterangan singkat tentang Subud ini diangkat dari suatu sinopsis yang dibuat atas permintaan Direktur Pembina Penghayat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia dan disusun sesuai dengan arahan seperti tercantum sebagai Garis Besar Materi Pemaparan Budaya Spiritual yang merupakan lampiran dari surat tertanggal 3 Mei 1988 nomor 159/F.6/E.2/1988 kepada Pengurus PPK Subud Indonesia.
 

Sejarah Kelahiran

Pendiri dari Perkumpulan Persaudaraan Kejiwaan Subud ialah Bapak R.M. Muhammad Subuh Sumohadiwidjojo yang pada tanggal 23 Juni 1987 telah wafat di Jakarta dalam usia 86 tahun. Latihan Kejiwaan Subud diterima oleh Bapak Muhammad Subuh dalam suatu pengalaman gaib pada suatu malam di tahun 1925, dan delapan tahun kemudian, pada tahun 1933 Bapak Muhammad Subuh menamakan apa yang diterimanya ini sebagai Latihan Kejiwaan.

Subud sebagai organisasi dibentuk dan resmi berdiri tanggal 1 Pebruari 1947 di Yogyakarta. Subud mulai menyebar ke luar negeri sejak tahun 1954, dibawa oleh seorang lnggris yang beragama Islam, Husein Rofe. Bapak RM. Muhammad Subuh memulai lawatan ke luar negerinya di tahun 1957, dan semasa hidupnya beliau telah berpuluh-puluh kali berkunjung ke berbagai negara di dunia.  Subud pada waktu ini telah tersebar ke lebih dari 70 negara di dunia.

Subud bukan semacam agama dan juga bukan bersifat pelajaran, tetapi adalah latihan kejiwaan yang dibangkitkan oleh kekuasaan Tuhan ke arah kenyataan kejiwaan, terlepas daripada pengaruh nafsu kehendak dan akal pikiran. Arti kata-kata Susila Budhi Dharma:

Ø      Susila: artinya budi pekerti manusia yang baik, sejalan dengan kehendak Tuhan Yang Maha Esa,
Ø      Budhi: artinya daya kekuatan diri pribadi yang ada pada diri manusia.
Ø      Dharma: artinya penyerahan, ketawakalan dan keikhlasan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Pengertian

a. Konsepsi tentang Ketuhanan Yang Maha Esa
Pemahaman dan pengertian Subud tentang Ketuhanan Yang Maha Esa adalah bahwa Tuhan dengan kekuasaanNya mencakup seluruh ciptaan-Nya baik yang terpandang maupun yang tidak tampak.

b. Konsepsi tentang Manusia
Manusia adalah makhluk Tuhan yang keberadaannya dikehendaki oleh-Nya dan diliputi oleh kekuasaan-Nya. Kekuasaan Tuhan sudah berada dalam dirinya yang mengisi serta meliputi diri manusia. Manusia hanya tinggal menyerah saja kepada kekuasaan Tuhan yang ada pada dirinya ini dengan sabar, tawakal dan ikhlas.

c.  Konsepsi tentang Alam Semesta
Tuhan Yang Maha Esa menciptakan alam semesta dan kekuasaan Tuhan meliputi seluruh ciptaan-Nya. Hal ini pun sesuai dengan apa yang telah diterima dan disampaikan oleh para utusan Tuhan.

d.  Konsepsi tentang Kesempurnaan
Tiada yang sempurna kecuali Tuhan Yang Maha Kuasa. Semua ciptaan Tuhan baik yang kelihatan maupun yang tidak, berada dalam berbagai tingkat kesempurnaan diri yang hanya diketahui oleh Tuhan Yang Maha Mengetahui saja. Manusia tidak perlu menanyakan tentang tingkat kesempurnaan dirinya karena yang telah diterimanya adalah yang sesuai dengan keadaan dirinya pada suatu waktu tertentu dalam hidupnya. Yang perlu bagi manusia adalah menyerah sepenuhnya kepada kekuasaan-Nya agar ia menjadi orang yang sempurna yang sesuai dengan kodrat yang ditentukan Tuhan bagi dirinya.


Penghayatan

a. Perilaku Spiritual
Tata cara ibadah kepada Tuhan Yang Maha Esa dilakukan oleh para anggota Subud melalui tata cara agamanya masing-masing. Latihan Kejiwaan Subud bukan merupakan tata cara penghayatan. Latihan Kejiwaan Subud merupakan suatu penerimaan yang tidak ada tata caranya kecuali penyerahan diri sepenuhnya kepada kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa, yang kemudian atas kemurahan Tuhan akan membangkitkan gerak rasa diri, bebas dari pengaruh nafsu hati dan akal pikiran. Gerak tersebut merupakan gerak yang dibangkitkan oleh kekuasaan Tuhan dan hanya tinggal diikuti saja.

b.  Pedoman Penghayatan (Lisan dan Tertulis)
Karena Latihan Kejiwaan Subud merupakan penerimaan dari masing-masing orang yang melakukannya, penerimaan setiap orang tidak ada yang sama dan dengan demikian pedoman tentang Latihan Kejiwaan Subud baik secara lisan maupun tertulis hanyalah merupakan keterangan-keterangan dalam bentuk ceramah-ceramah Bapak Muhammad Subuh yang sebagian sudah dicetak berupa tulisan dan sebagian lagi belum.

c. Kelengkapan Fisik/Material yang Digunakan dalam Melaksanakan Latihan Kejiwaan Subud.
Untuk Latihan Kejiwaan secara bersama diperlukan tempat Latihan yang dapat berupa kamar, ruang atau gedung Latihan. Ruang tempat Latihan ini dapat dilengkapi dengan alas tikar atau karpet. Ruang tempat Latihan pria terpisah dengan wanita atau secara bergantian. Latihan Kejiwaan secara sendiri dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja tanpa memerlukan fasilitas fisik maupun materi.

Pengamalan

a.  Dasar Pelaksanaan Latihan Kejiwaan Subud
Penyerahan diri kepada kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa dengan sabar, tawakal dan ikhlas dan mengikuti gerak diri yang terasa secara spontan begitu rasa diri terbebas dari pengaruh nafsu dan akal pikiran. Anggota Subud yang telah mampu menghentikan Latihannya setiap waktu dalam acara Latihan bersama, dapat melakukan Latihan sendiri di mana saja yang tidak mengganggu atau terganggu oleh orang lain.

b. Pengamalan dalam Tata Kehidupan, dan Upacara-upacara (ritus) dalam Lingkungan Kehidupan.
Subud tidak mempunyai ritual khusus dalam tata kehidupan dan dalam lingkaran kehidupan bermasyarakat. Upacara-upacara para anggota Subud dalam tata kehidupan mengikuti ritual agamanya dan adat-istiadat yang dianutnya masing-masing.

c.  Kelembagaan Organisasi Subud
Keberadaan PPK Subud Indonesia secara hukum telah dikukuhkan oleh Menteri Kehakiman dalam Tambahan Berita Negara R.I. tanggal 4-12-1964 No. 97 dan diterbitkan sebagai Anggaran Dasar Serikat-serikat No. 36 tahun 1964. Anggaran Dasar ini telah mengalami perubahan untuk disesuaikan dengan UU Nomor 8 tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan. Perubahan Anggaran Dasar PPK Subud Indonesia secara hukum telah pula dikukuhkan oleh Menteri Kehakiman dalam tambahan Berita Negara R.I. tanggal 18 Nopember 1988 No. 93 dan diterbitkan sebagai Anggaran Dasar Serikat-serikat No. 60 tahun 1988. Para anggota Subud diberbagai negara membentuk organisasi nasionalnya masing-masing. Organisasi nasional negara-negara ini membentuk Perkumpulan Persaudaraan Kejiwaan Subud Sedunia yang disebut World Subud Association.

d.  Partisipasi Subud dalam Pembangunan Nasional
Partisipasi Subud dalam Pembangunan Nasional adalah melalui pembinaan pribadi melalui Latihan Kejiwaan Subud untuk menghadapi tantangan pembangunan negara dan bangsa Indonesia yang berlandaskan Pancasila.  Untuk ini, PPK Subud Indonesia mempunyai program kerja yang mencakup bidang-bidang Usaha, Kesejahteraan, Kegiatan Sosial, Kebudayaan, Remaja serta Komunikasi dan Publikasi.

e. Ceramah-ceramah
Dari sejak beliau menerima Latihan Kejiwaan Subud sampai wafatnya, Bapak Muhammad Subuh telah menyampaikan kepada para anggota Subud nasihat-nasihat yang berupa ceramah-ceramah beliau yang didasarkan kepada penerimaan beliau tentang hidup dan kehidupan ini. Secara konsisten dan mendasar Bapak Muhammad Subuh telah menyampaikan bahwa manusia harus bersikap menyerah diri kepada kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa dengan sabar, tawakal dan ikhlas jika ia ingin mendapatkan tuntunan Tuhan dalam hidup ini. Melakukan Latihan Kejiwaan dengan.teratur dan tekun merupakan kunci kefahaman dan kesadaran seseorang agar dia dapat menemukan arti kehidupan ini bagi dirinya, baik di dunia maupun di akhirat.

f. Penerimaan Anggota Baru.
Bagi para peminat yang ingin menjadi anggota Subud harus memenuhi persyaratan:  telah berumur 17 tahun, berkondisi mental normal atau tidak sedang menderita sakit ingatan,
bagi seorang isteri yang suaminya belum menjadi anggota harus mendapatkan izin tertulis dari suaminya, para wanita yang belum menikah dan masih menjadi tanggungan orang tuanya (walinya) harus memperoieh izin tertulis dari orangtua atau walinya itu.

g. Pembukaan
Untuk dapat menerima Latihan Kejiwaan Subud, peminat terlebih dahulu mengalami pembukaan yang diselenggarakan oleh seorang atau beberapa orang pembantu pelatih.  Seorang calon belum dapat dibuka sebelum menjalani masa pencalonan selama 3 bulan dengan pengecualian bagi:
  1. Mereka yang umurnya telah mencapai dan melewati 63 tahun,
  2. Mereka yang sedang menderita sakit badaniah yang menghendaki kepastian dan perhatian khusus dan segera,
  3. Seorang isteri yang suaminya telah menjadi anggota dan para putra-putri dari keluarga Subud,
  4. Yang bertempat tinggal jauh dari kelompok Latihan Kejiwaan Subud yang ada.

h. Lambang Subud
Untuk tujuan identifikasi semata, satu-satunya lambang yang dapat digunakan dalam Perkumpulan Persaudaraan Kejiwaan Subud adalah sebagai yang tertera dalam gambar di atas. Penggunaan sifat lambang-lambang selain untuk tujuan tersebut di atas, baik untuk usaha meningkatkan dan sebagai sarana penghayatan tidak diperlukan sama sekali.

Susunan alam dan daya-daya hidup ciptaan Tuhan Yang Maha Esa meliputi dari dimensi yang paling rendah (terbatas) sampai yang paling luas terdapat susunan sebagai yang ditunjukkan dalam lambang Subud dimaksud yakni berupa lingkaran-lingkaran sebagai berikut:
1.      Alam dan Daya Hidup/Roh Rewani (Daya Hidup Kebendaan).
2.      Alam dan Daya Hidup/Roh Nabati (Daya Hidup Tumbuh-tumbuhan).
3.      Alam dan Daya Hidup/Roh Hewani (Daya Hidup Binatang).
4.      Alam dan Daya Hidup/Roh Jasmani (Daya Hidup Manusia).
5.      Alam dan Daya Hidup/Roh Rohani/Daya Hidup lnsan/Alam Rohaniah.
6.      Alam dan Daya Hidup/Roh Rahmani/Daya Hidup para utusan/Alam Rahmaniah.
7.      Alam dan Daya Hidup/Roh Robani/Daya Hidup para ciptaan Tuhan yang mendapatkan keluhuran dari Tuhan Yang Maha Esa/Alam Robaniah.

Selain alam dan segala daya hidup ciptaan Tuhan Yang Maha Esa terdapat Daya Hidup Besar yang merupakan bagian dari manifestasi dari kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa yaitu yang ditunjukkan sebagai garis-garis tujuh buah yang menembus dan menghubungkan segala alam dan daya hidup ciptaan tersebut di atas. Sifat yang ada di dalamnya adalah Roh Ilofi dan yang ada di luar adalah Roh Al Kudus (Rohu'lkudus).  Oleh kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa, Roh Ilofi atau Roh Suci ini digerakkan untuk membangkitkan dan mensucikan, sedangkan Roh Al Kudus meliputi dan membina perjalanan hidup makhluk ciptaan yang memperoleh Rakhmat terbimbing ke arah kehendak Yang Menciptakan.





Ref: